Ketika Hendak Pulang Kampung
Oleh : Syarif Hidayat
Pagi itu sangat cerah di depan halaman
rumahku, burung-burung berkicau dengan riangnya, bercanda bersama tanpa ada
rasa benci. Saat itu juga aku mulai bersiap-siap mandi, kemudian sarapan.
Setelah itu aku mulai bersiap berangkat ke terminal untuk pergi ke rumah nenek
ku, sendirian. Tentu bukan masalah bagiku untuk pergi sendiri, toh aku juga
sudah besar, mampu melindungi diri sendiri.
Keadaan terminal pagi ini cukup ramai, dan
seperti terminal pada umumnya terdengar suara khas para kernet bus “Pekalongan..
Pekalongan”.. ”Solo.. Salatiga”.. ”Purwokerto.. Purwokerto”.. Selain itu juga
banyak pedagang yang sontak berteriak “Yak, cemilan, cemilan, cemilan murah Pak
Bu, seribu dapet satu”. Luar biasa banyak orang di Terminal ini, mengingat ini
musim Liburan Panjang para anak sekolahan, begitu juga aku.
Tanpa menunggu lama aku beli tiket dan
menghampiri bus jurusan kota nenekku, Kebumen. Aku duduk menunggu bus
berangkat. Seperti biasa, sebelum berangkat ada beberapa pedagand asongan yang
menjajakan dagangannya. Akupun beli beberapa cemilan untuk teman perjalananku
nanti. Setelah menunggu sekita lima belas menit bebrapa orang datang, bus pun
menjadi penuh sekarang. Tanpa menunggu lama bus pun berangkat. Ditandai dengan
klakson bus yang berbunyi nyaring. “Tuuuiiinn..”
Perjalananku dimulai dari sini. Kunikmati sepanjang
jalan yang masih masuk area Tanggerang ini dengan makan cemilan dan
mendengarkan musik religi untuk pencerahan hati. Setelah beberapa jam
perjalanan jalan utama pun macet. Maklum masa Liburan Panjang. Hari mulai sore,
namun bus ini masih sampai daerah pekalongan. Karna macet Kondektur bus ini
melewati daerah alternatif, masuk ke daerah hutan-hutan yang minim penerangan
jalan.
Hari menunjukan waktu Maghrib, namun keadaan jalan masih di dalam hutan
belantara. Terpaksa kami melewatkan ibadah sholat Maghrib. Kulihat di arlojiku
jam menunjukan jam setegah delapan malam. Dan kami belum sampai di tempat
peristirahatan bus. Bus masih tetap melaju dengan kecepatan rata-rata. Hingga waktu
menunjukan pukul sembilan malam. Anehnya kami semua para penumpang terasa segar
bugar dan belum ngantuk.
Kejadian aneh mulai muncul. Ada bintang jatuh
tepat di depan bus. Sontak bus berhenti mendadak. Para penumpang berteriak. Sontak
semua orang turun dan berusaha melihat bintang ini. Hal aneh kedua terjadi
ketika ada yang berusaha memfoto bntang ini bintang tersebut tidak nampak dalam
foto. Semua orang bingung. Ini diluar nalar manusia. Bintang yang jelas-jelas
terlihat mata tidak bisa diambil oleh camera. Tiba-tiba ketika ada yang
berusaha memegang bintang ini, malah tembus, seakan-akan bintang ini hologram.
Kami semua bingung dengan benda langit ini.
Namun kondektur berintrogasi kepada para penumpang untuk kembali melanjutkan
perjalanan, karna larut malam. Akupun duduk kembali, berusaha tidur dengan
mendengarkan mp-3ku. Dan bispun mulai nyala mesinnya. Dan ketika mus ingin
menabrak bintang ini, justru malah tembus sontak semua orang menutup mata
ditambah kaget. Namun keajaiban terjadi disini. Setelah bus melewati bintang
ini tiba-tiba bus ini berada tepat di gerbang Selamat Datang Kota Kebumen pada
waktu Subuh. Padahal sebelumnya berada di daerah pekalonagan. Sungguh aneh tapi
sulit dipercaya.
Setelah
sampai di rumah Nenek, kuceritakan kejadian ini pada seluruh keluargaku. Walau ada
beberapa yang setengah percaya. Tapi ini jadi catatan tersendiri untukku. Pengalaman
yang tidak pernah aku lupakan. Selamanya.